Senin, 01 Februari 2016

Tanpa Pemanis Buatan

Saya tak pernah menghitung atau lebih tepatnya tak sempat menghitung sudah berapa lama waktu yang kita lewati dalam senyum, canda, air mata, tawa, luka, bahagia dan segalanya. Semuanya berjalan begitu cepat.
Sahabat. Orang-orang menamakan sebuah ikatan yang kita jalani selama ini dengan sebutan demikian. Tapi, jika ada ungkapan yang lebih baik dari itu, maka kalian berhak mendapatkannya.
Tulisan ini, saya buat untuk kalian.
I love you

Lhina
Dari kita berlima, kamu adalah satu-satunya yang tidak suka bakso, suka banget dengan pecal ayam dan selalu memesan bagian paha.
Bertolak belakang dengan saya yang selalu ingin menaikan berat badan, kamu selalu merasa gemuk, padahal di mata kami tidak sama sekali.
Meski saya lebih tua dari kamu delapan bulan, saya akui kamu lebih dewasa dalam bersikap, memberi solusi, dan kaya akan pengalaman hidup.
Bahagialah :)

Mitha
Selamat sudah menjadi ibu dari pangeran tampan buah cinta kamu dan suami.
Terima kasih karena mengizinkan saya untuk turut andil memberikan nama untuk putra kalian. Ray Adya Reynand. Semoga Rey tampan dan digemari lawan jenis seperti ibunya. Hahahaha....
Jodoh tidak ada yang tahu, kan? Meski kamu lebih muda dari saya, kamu malah dipercaya terlebih dahulu untuk berkeluarga.
Tentang kegemaranmu menghancurkan kue agar-agar di saat marah, semoga bisa hilang :P


Sur Yani
Kamu ikut menyusul seminggu setalah Mitha menikah. Kini kamu juga sudah menjadi seorang ibu.
Di antara kita, kamu adalah sesosok yang paling manja. Pipi selalu jadi korban ciumanmu kala bertemu.
Meski kita jarang ketemu, kami selalu merindukanmu.
Baik-baik dan sehat selalu, ya :*

Lhia
Kamu paling muda di antara kami.
Punya sikap yang sedikit tergesa-gesa nan imut, hehehe...
Di balik sikapmu yang terlihat cuek, kamu punya kepedulian yang tinggi.
Langgeng sama yayang ya :D

Dan, kita--terutama saya--tidak akan pernah melupakan kebersamaan emas yang kita lalui.










Kalian selalu di hati :*

Jumat, 22 Januari 2016

Melarikan Diri

Sengaja saya beri judul 'Melarikan Diri', karena hal tersebut benar adanya.
Sibuk akan urusan kerjaan, bosan dengan pengalaman yang begitu saja, pikiran yang sering buntu, membuat saya nekat untuk melarikan diri dari zona aman yang selalu saya hadapi.
Sempat bingung mau melarikan diri ke mana, inginnya sih (sangat) ke hatimu :P, tapi saya belum punya izin resmi akan itu *eh
Jangankan ke luar negeri, berpikir untuk ke luar kota saja enggan. Karena bukan tak ingin, Bapak terlalu sayang terhadap saya, hingga jalan ke rumah teman saja kadang disusul--memastikan keadaan saya baik-baik saja. I love you, Pak :*
Karena itu belum dapat bayangan akan ke mana.


Maka, saya menghubungi salah satu teman sekaligus sepupu saya, Lhina, untuk ikut menemani perjalanan nekat saya ini. Jujur, pertama kali melarikan diri jauh, apalagi ke luar negeri, perasaan cemas itu ada. Memilih pergi sendiri itu bukan hal terbaik, kan? Tentu saja.
Dan, Lhina memberi lampu hijau.
Perjalanan kami yang pertama (insyaAllah ada yang kedua dan seterusnya. Hihihi. Amiin) adalah ke Malaysia. Kenapa Malaysia? Karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari kota kami, Pontianak
Finally ... Im coming, Malaysiaaaaa :D


26 Desember 2015
  Barangkali, hal termahal yang didapat dalam sebuah perjalanan adalah ilmu dan pengalaman.
Di Malaysia, tepatnya di Khucing, lingkungan ditata begitu apik, tanpa sampah. Kendaraan berjalan dengan begitu nyaman. Sampai saya berpikir; barangkali orang Malaysia dilahirkan dengan tingkat kesabaran lebih. Namun faktanya, mereka punya pemerintah yang tegas, dengan rakyat yang mau diperintah menuju ke level yang lebih tinggi.
Ah, ya. Di Malaysia mengisi bensin itu dengan pembeli mengisi sendiri, alias tidak dilayani.
Untuk tempat-tempat indah yang kami kunjungi di antaranya;
Musium Kuching.
Gambar ini saya ambil ketika hendak masuk ke dalamnya :D

 Musium Dilihat Dari Depan

Perjalanan dilanjutkan ke Pasar Satok (Medan Niaga Satok)

Dan, datanglah ke sini pada sore hari. Angin yang berembus sangat cocok dengan pemandangan indah di Water Front

 Di seberang Water Front, kami bisa menikmati panorama indah Gedeung Dewan Negeri Kuching. Sayang nggak boleh masuk ke dalam. Hihihi....

Untuk oleh-oleh, terdapat banyak Mall dan market yang menjualnya. Jadi jangan khawatir akan pesanan teman-teman (berlaku bagi yang punya banyak duit) :P

 Memang seru, tapi jangan lupa pulang :D
Pemandangan pada malam hari lebih menarik ketimbang siang hari.
Satu hal yang pasti. Meski saya belum mengelilingi Indonesia, bisa saya pastikan Negara kita memiliki beribu-ribu kelebihan dari Negara lain dari segi keindahan, budaya, kuliner, dan segalanya.
Terbukti 3 hari 2 malam di sana, saya merindukan Indonesia <3
Tunggu saya, di kotamu :D